sebuah sidang di pengadilan agama suatu daerah memutuskan untuk mengabulkan permohonan cerai seorang wanita terhadap suaminya. alasannya, karena sang isteri tidak lagi mencintai suaminya. sang suami yang digugat cerai pun merasa tersinggung dan segera menyetujui putusan cerai tersebut. tinggallah kini anak laki-laki mereka. usianya sudah 18 tahun, dan menurut hukum, anak tersebut boleh memilih untuk tinggal bersama siapa. dan pilihannya adalah bersama sang ibu.
hari berganti hari, sang anak memerhatikan perubahan sikap ibunya. kini ibunya sering keluar rumah dan lebih senang menggunakan celana panjang (padahal dia selalu menggunakan rok selutut yang selalu membuatnya terlihat lembut) dan menggunakan scraft yang digunakan sebagai penutup kepala (padahal dia tidak pernah menyukai hiasan rambut). kacamata hitam bergaya (yang dipakainya tak kenal waktu) pun membuat sang anak mulai terusik
anak : ma, kenapa sih harus pakai kacamata? kita kan ada di dalam bioskop?
ibu : mama mau terlihat cantik dengan kacamata ini
anak : ma, mama sudah cantik kok. walau tanpa kacamata itu
ibu : lebih baik sekarang kamu duduk diam dan perhatikan filmnya!
sang anak terdiam, berusaha memaklumi kondisi ibunya yang baru saja bercerai. 'mungkin dia kesepian' batinnya.
dua bulan setelah perceraian, kelakuan sang ibu semakin tidak dapat ditolerir oleh anaknya. ibunya jarang pulang dan kerap kali meninggalkan dia sendirian hanya dengan nasi dan lauk sekadarnya di meja makan. sang anak menelepon ayahnya
anak : pa, boleh kah aku kerumah papa?
Ayah : ya, pasti boleh nak. mau papa jemput, atau diantar mamamu saja?
anak : jemput aku pa
tak lama kemudian sang ibu pulang dengan menggenggam sebuah amplop coklat besar
anak : mama darimana? tiga hari tidak pulang, aku kan repot! aku susah untuk kemana-mana
ibu : kamu kira mama pembantu kamu?! kamu kira kerjaan mama cuma ngurusin anak cacat macam kamu?! maaf maaf saja, mama punya segudang pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, ketimbang ngurusin anak cacat kayak kamu!
mantan suaminya yang telah tiba untuk menjemput anaknya mendengar semua perkataannya itu.
dia menghampiri mantan istrinya dan menampar wanita yang masih sangat dia cintainya itu. dia meneteskan air matanya ketika melihat orang yang masih amat dicintainya dengan sepenuh hatinya, terjatuh sambil memegangi pipinya yang memerah
ibu : tampar lagi aku pa! tampar, pukuli aku! kalau perlu bunuh aku ! biar kamu puas
ayah : kamu udah gila ya ma! kamu nggak pernah ngomong sejahat itu, apalagi sama anak kita! gila kamu !
ibu : iya! aku memang sudah gila! aku gila karena harus mengurus kamu dan anakmu yang cacat itu!
ayah : diam kamu!! dia anak mu juga!
anak : CUKUP!!! aku mau tinggal bersama papa
ayahnya langsung menggendong puteranya yang lumpuh tersebut. mereka pergi meninggalkan ibunya sendirian. benar-benar sendiri. wanita itu menangis sejadi-jadinya, dia menarik amplop coklat besar yang dia bawa. dia merobek-robek kertas di dalamnya. kertas yang membuatnya memutuskan untuk meninggalkan keluarganya, kertas yang memaksa mulutnya menyakiti hati anak semata wayang yang amat dicintainya, dan yang membuat dia meninggalkan suami yang paling dicintainya.
satu bulan telah berlalu. ayah dan anak itu telah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. hanya mereka berdua, tanpa seorang ibu bagi anaknya dan seorang isteri baginya. tiba-tiba telepon berdering
ayah : halo, dengan siapa ini?
penelepon : benar ini kediaman bapak John?
ayah : ya, ini saya sendiri, John. anda siapa ya?
Penelepon : kami mau memberitahukan kabar mengenai istri anda, Jean
ayah : maaf! saya bukan suaminya lagi. sebaiknya bapak langsung saja menghubu...
penelepon : Ibu jean sudah tiada pak (sela sang penelepon)
ayah : apa anda bilang?
penelepon : ya, ibu Jean sudah tiada. pagi ini pukul 7 pagi, isteri anda telah menghadap Yang Maha Kuasa. saat ini ibu Jean masih berada di rumah sakit St. Florence
setibanya di rumah sakit, mereka tidak lagi menemukan wanita angkuh seperti yang terakhir kali mereka temukan. kini mereka hanya melihat seorang wanita kurus kering dengan kepala yang hampir tanpa rambut, mata sayu, dan senyum dibibirnya.
seorang perawat yang selama ini mengurus Jean datang menghampiri mereka dan menceritakan semua kejadian yang telah diceritakan oleh Jean padanya. dia memberikan mereka sebuah surat yang pada amplopnya bertuliskan 'kenang aku, dengan semua cintamu'
pemakaman telah usai. semua sanak keluarga telah kembali pulang, dan rumah mereka kembali dibungkus sepi. sang ayah memutuskan untuk melihat surat yang diberikan oleh suster yang merawat Jean. dan mereka mulai membacanya
untuk Jeremy, buah cintaku yang kucintai dengan semua kekuranganku, dan kulindungi dengan segenap hidupku. maafkan mama Jerry, karena telah membuatmu sakit hati. mama tahu betapa sakitnya hatimu nak, mendengar perkataan dan sikap mama. mama tahu, karena mama juga merasakannya. maaf kalau mama meninggalkanmu di hari-hari sulitmu, pascaperceraian mama dan papa. tapi mama punya alasan yang kuat, dan mama tahu kamu pasti akan mendebatnya kalau mama ada disana. sekali lagi maafkan mama. kamu adalah permata hati mama, kamu adalah hidup mama.jangan pernah berhenti berusaha. mama selalu tahu kalau dibalik satu kekuranganmu, tersimpan seribu kelebihan.
untuk John, pria yang paling kucintai di dunia ini, yang cinta dan tempatnya tak pernah dapat tergantikan oleh siapapun dalam hatiku. mungkin saat ini kalian sedang menari-nari bahagia atas kepergianku, wanita tak tau diri yang telah mencampakkan kalian. aku senang kalau kalian tidak meneteskan air mata sedikitpun, setidaknya, aku tidak harus bersedih melihat kalian terus menangisi kepergianku. maaf kalau aku meninggalkanmu, memutuskan ikatan sakral yang telah kita bangun dengan segenap cinta kita. maaf, kalau aku pun menyakiti hatimu dengan semua tingkah laku ku. aku tahu kau terluka, karena aku pun merasakannya. tetapi untuk apa kalian terus mendampingi aku, sementara waktuku telah habis untuk mendampingi kalian. aku tak mau meninggalkan kalian dan membuat kalian menangis. aku ingin kalian yang pergi meninggalkan aku, dan aku juga lah yang menangis. karena aku, mau merasakan penderitaan yang sekarang kalian rasakan.
maaf dan terimakasih untuk cinta tak terbatas dari kalian
maaf dan terimakasih untuk kecupan mesra tiap malammu
maaf dan terimakasih untuk jerih payahmu mencarikan bedak favoritku
maaf dan terimakasih untuk omelanmu tiap kali aku kesiangan
maaf dan terimakasih untuk acara bolamu yang selalu kuganti dengan masak-memasak
maaf dan terimakasih untuk genggaman tanganmu tiap kali aku merasa sakit perut bulananku datang
maaf dan terimakasih, untuk kehidupan sesungguhnya yang telah kau suguhkan dengan cinta dan kelembutanmu, yang telah kau hidangkan di kala aku terpuruk dalam kegundahan hingga akhirnya kau datang dan menopangku dengan semua aroma tubuhmu yang selalu membuatku merindukanmu.
kenang aku terus dalam cintamu, hanya itu pintaku
Jean
John dan Jeremy pun menangis sejadi-jadinya
siapa yang tahu, kalau pada hari mereka meninggalkan rumah mereka, ada seorang wanita yang tengah mengidap kanker otak stadium akut yang rambutnya mulai rontok sehingga harus ditutup dengan sehelai kain. yang matanya terlihat sayu sehingga harus ditutup dengan kacamata hitam. yang kakinya harus di beri penyangga karena tidak lagi kuat sehingga harus ditutup dengan celana panjang. yang hatinya begitu perih, sehingga harus ditutupinya dengan keangkuhan?
wanita itu selalu tahu kalau alasannya untuk bercerai dengan suaminya akan mengusik gengsi suaminya, dia tahu dan selalu tahu, kalau suaminya akan menyetujui keputusan itu dengan gengsinya. dia melakukannya, bukan karena dia tidak lagi mencintai suaminya, tetapi karena dia terlalu cinta
wanita itu selalu tahu kalau kata-katanya yang menyakitkan dan perubahan penampilannya akan sangat mengganggu anaknya, dia tahu dan selalu tahu kalau anaknya akan segera memutuskan untuk mengikuti ayahnya yang selalu nyaman dengan penampilan sederhananya.dia melakukannya, bukan karena dia tidak lagi mencintai anaknya, tetapi karena dia terlalu cinta
terkadang kita menyakiti orang yang kita sayangi dengan perkataan maupun perbuatan kita, bukan untuk menyakiti atau pun melukai mereka. melainkan untuk melindungi mereka
seperti yang dilakukan Jean untuk suami dan anaknya, dia mengorbankan kebahagiaannya dan impiannya untuk meregang nyawa dengan dikelilingi orang yang sangat dicintainya, demi melindungi suami dan anaknya dari kesedihan mendalam. karena dia (pura-pura) tahu, dia tidak akan lagi disebut cantik oleh suaminya dengan rambutnya yang rontok, wajahnya yang pucat, ataupun matanya yang sayu serta tubuhnya yang kurus kering (walau dia tahu itu semua tidak benar). benar-benar sebuah alasan yang tanpa alasan